Kesenangan Anak Usia Dini di Masa “Aku” (Serial Parenting Alaa Nabi)

Usia 2-4 tahun adalah masa perkembangan sosio emosional anak. Masa aku,  masa dimana sesuatu yg baru dalam kehidupannya akan dia pertahankan sebagai hal terbaik dalam penerimaan. Semua hal yang ada pada dirinya dan diri orang lain yang disenanginya adalah milik “Aku”.  Namun hal ini tidaklah bertahan lama. Setiap detik menit ataupun jam berlalu jika ada sesuatu yg baru maka hal lama milik “Aku” akan mudah tergantikan. Berilah stimulasi kepada anak untuk menghargai dan bersyukur atas kepemilikan yang sifatnya sementara dengan tindakan prososial seperti:
– mainannya bagus ya nak, kalau… (sebut namanya) bilang “Alhamdulillah ” Allah akan tambahkan rezeki kita.
– mainanya bagus ya nak. Kalau… (sebut namanya) mau berbagi dan main bersama dengannteman atau kakak,  nanti disayang ummi, abi dan kakak-kakak. Siapa yang sayang ummi dan abi akan disayang Allah. Nanti Allah tambahkan rezekinya biar mainannya bertambah.

Memang agak lebai, namun begitulah model pengasuhan positif adanya. Diucapkan bukan hanya sekali tetapi berkali-kali. (teori operant ThornDike). Lebih parah lagi anggapan sebagian orang tua “enak ngomongnya, kita yang rasain” dan lain sebagainya. Namun ketahuilah terkadang emosi diri lebih bisa terkontrol dan berubah jika ada motivasi eksternal yang membangkitkan rasa haru, penyadaran terselubung tuk mengalahkan ego yang tak terkendali dan mood stabilizing.

Mengapa anak mudah menghapalkan tindakan org dewasa karena dia melihat, mendengar, trial n error. Jika org disekitarnya mengucapkan kata yg tak pantas maka anakpun akan mudah mengucapkan dalam.kesehariannya. (Anak adalah Peniru ULUNG)
Mengapa anak mudah menganggap remeh sesuatu karena ada seauatu yg ia tiru dalam ucapan, tindakan, cerita yg ia dengarkan dan saksikan dalam lingkungan belajarnya.

Rasulullah suatu ketika hendak berangkat sholat dan menemui majelis anak-anak yg tengah bermain. seketika anak-anak itu menggelayuti Rasululloh. Keaktifan anak-anak tak dibiarkan oleh Rasululloh. Beliaupun akhirnya bercengkrama dan ikut bermain bermulazamah dengan anak2-anak bertepatan waktu sholat hampir menjelang. Bilal akhirnya keluar mencari Rasululloh dan ketika melihat majelis anak-anak itu ia menghentak anak-anak tuk bubar dan melarang mendekati Rasulullah.karena hendak sholat,tindakannya seketika dicegat oleh Rasululloh. Dengan bahasa yg penuh kelembutan beliau berkata pada bilal jangan lakukan hal itu pergilah mencari sesuatu makanan. akhirnya Bilal datang dengan membawa kacang-kacangan. Rasululloh pun berkata, wahai anakku siapa yg ingin menukarkan makanan lezat ini dengan onta tunggangan kalian, seketika anak2 itu lepas dr Rasululloh dan berebutan tuk mendapatkan makanan tersebut. sungguh mulia perlakuan Rasululloh pada anak-anak. apa hikmahnya:
1. Sempatkan untuk banyak mermulazamah dengan anak-anak kita
2. Awasi keaktifan anak kita sekalipun berat namun jika ada kedekatan lebih yg kita berikan maka anak akan lebih mudah menuruti aturan kita tidak sekedar melarang
3. Senantiasa mencontohkan kalimat-kalimat thoyyibah dan penuh makna bukan kata-kata yg kontra-sosial sekalipun itu bahasa gaul anak zaman now
4. Ketika hendak lepas dr majelis mereka jangan menghardik apatahlagi berbohong dengan janji yang tdk ditepati (contoh langsung sembunyi ketika hendak pergi, menjanjikan sesuatu tetapi ketika balik tdk tepat waktu dan tdk tepat janji.
5. Sediakan hal2 kecil sebagai penukar aktifitas kita. tak selamanya barang, hadiah atau apapun. namun ucapan positif terkadang jitu dalam membujuk anak. bukan ucapan yg tidak prososial misalnya “kalau nangis…bombe (baca: saya musuhin) ya..” , atau “kalau nakal, awas ummi tidak bawa serta”..kalau begini akan begitu dll. Apapun yang memberi tekanan ataupun ancaman.
6. Jangan mengharap orang lain merubah anak kita kalau kita sendiri tidak mampu memberi contoh yg baik dalam lisan, tindakan dan perlakuan. Ingatlah pepatah apa yg kita tanam akan kita tuai pula benihnya…

7. Jangan menganggap sudah on the track jika hasilnya masih keliru dan terbukti lain, karena hal ini bisa membuat kita selalu muhaasabah diri kita.
8. Jangan selalu menyalahkan kondisi namun menyalahkan diri sendiri lebih awal sebagai bentuk pengakuan positif yg akan merubah tindakan kita

Mari kita dukung anak kita dengan pola pengasuhan positif
Parenting alaa Rasululloh

—-Ulfah Indrawati—–

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Leave a Reply